Kesaksian: Tuhan Selalu Ada, Aku yang Tidak Menyadari

Kesaksian: Tuhan Selalu Ada, Aku yang Tidak Menyadari

Minggu sore, 16 Februari 2025, aku mengikuti misa dengan hati yang penuh syukur. Setahun terakhir ini adalah sesuatu yang luar biasa bagiku. Setelah 13 tahun berjuang melawan penyakit autoimun yang tidak ada obatnya—dengan segala usaha, pengobatan dalam dan luar negeri, hingga terapi stem cell—akhirnya, tahun lalu, Tuhan memberi mukjizat. Hasil tes darahku kembali normal. Aku bisa kembali berolahraga, jogging, dan bahkan bermain basket di awal tahun 2025 ini.

Sungguh, rasanya seperti mimpi. Tetapi justru hari ini, aku terbangun dari mimpi terbesar dalam hidupku.

Dalam homilinya, Romo Hendaryono memberikan pertanyaan yang begitu mengguncang hatiku:

"Apakah saya mendatangi Tuhan, atau Tuhan yang mendatangi saya?"

Selama ini, aku selalu berpikir bahwa akulah yang harus datang kepada Tuhan, memohon, menangis, dan berharap. Aku merasa harus mencari-Nya, seolah-olah Tuhan jauh. Tetapi hari ini, aku tersadar bahwa Tuhan tidak pernah pergi.

Saat aku terbaring dalam sakitku, Tuhan ada di sana. Saat aku kehilangan karir dan pemasukan, Tuhan menopang aku. Saat aku berjuang mencari kesembuhan, Tuhanlah yang menuntunku. Aku yang tidak menyadari-Nya, aku yang merasa sendirian, padahal Dia selalu ada, menggendongku melewati badai.

Hari ini, iman yang dulu kupegang terasa belum lengkap. Kini, aku melihat dengan lebih jelas. Aku tidak lagi takut. Aku tidak lagi ragu. Aku tahu bahwa Tuhan selalu bersamaku, dalam setiap permasalahan, dalam pergulatan iman, dalam keluargaku, dalam anak-anakku.

Terima kasih, Tuhan. Engkau telah membuka mataku, telah membiarkanku memahami bahwa kasih-Mu tidak pernah meninggalkanku, bahkan di saat aku merasa sendiri. Kini, aku siap. Siap berlayar untuk kemuliaan-Mu.

"Aku akan memuji Tuhan setiap waktu, pujian kepada-Nya selalu di bibirku." (Mazmur 34:2)

Berkah Dalem.

Komentar