Renungan dari Matius 11:20-24, Mari kita jadikan kegiatan rohani kita sebagai sarana untuk bertumbuh dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan, bukan sekadar rutinitas. Pertobatan sejati memerlukan perubahan hati yang nyata, dan inilah yang diinginkan Tuhan dari setiap kita.
Dalam ayat ini, Yesus dengan tegas mengecam kota-kota yang telah menyaksikan banyak mujizat namun tetap tidak bertobat. Hal dijadikan sebagai peringatan keras bahwa mengetahui tentang Tuhan dan mengalami karya-Nya saja tidak cukup jika tidak diikuti dengan pertobatan sejati dan perubahan hidup.
Sebagai pribadi yang sering terlibat dalam kegiatan rohani, seperti doa, membaca Alkitab, mengikuti misa, dan pelayanan, kita perlu merenungkan apakah semua aktivitas tersebut telah membawa kita menjadi pribadi yang benar di hadapan Tuhan. Pertanyaan yang harus kita tanyakan kepada diri kita adalah:
Apakah kita hanya sekadar melakukan kegiatan rohani sebagai rutinitas, ataukah kita benar-benar mengalami transformasi dalam hati dan hidup kita?
Yesus mengingatkan kita bahwa melihat dan mengalami mujizat tanpa diikuti oleh pertobatan dan perubahan hati adalah sia-sia. Kota-kota seperti Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum telah menyaksikan keajaiban Yesus, tetapi mereka tetap dalam ketidakpercayaan dan dosa mereka. Mereka gagal untuk membiarkan karya Tuhan mengubah hidup mereka secara mendalam.
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk mengalami pertobatan yang sejati, yang berarti berbalik dari dosa dan hidup dalam kebenaran dan kasih. Pertanyaan yang relevan bagi kita adalah:
1. Apakah kegiatan rohani yang kita lakukan telah membuat kita lebih mencintai Tuhan dan sesama?
2. Apakah kita semakin berbuah dalam kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri?
3. Apakah kita semakin menjauhi dosa dan hidup dalam kebenaran?
Mari kita jadikan kegiatan rohani kita sebagai sarana untuk bertumbuh dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan, bukan sekadar rutinitas. Pertobatan sejati memerlukan perubahan hati yang nyata, dan inilah yang diinginkan Tuhan dari setiap kita.
Sebagai respons terhadap kasih dan anugerah-Nya, mari kita berkomitmen untuk menjadi pribadi yang benar di hadapan Tuhan, yang tidak hanya mendengar dan melihat, tetapi juga hidup dalam pertobatan dan kebenaran.
Komentar
Posting Komentar