Renungan dari Matius 22:34-40

Ketika kita membaca Matius 22:34-40, kita diajak oleh Yesus untuk memahami dua perintah yang utama: mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, serta mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Namun, ada suatu kenyataan yang lebih mendalam dalam perintah ini yang terkadang terlewatkan, yaitu bahwa sebelum kita dapat mengasihi Allah dan sesama, kita terlebih dahulu telah dikasihi oleh Allah.

Sebelum Yesus memberikan perintah ini, Dia telah menunjukkan kasih yang sempurna kepada umat manusia. Kasih Yesus bukan hanya dalam bentuk perkataan, tetapi juga dalam tindakan nyata. Dalam 1 Yohanes 4:19, dikatakan dengan jelas,  "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita."  Kasih yang kita berikan kepada Allah dan sesama adalah respon terhadap kasih yang sudah lebih dulu diberikan kepada kita.

Kasih Allah dinyatakan melalui penciptaan kita, pemeliharaan kita, dan terutama melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Yesus mengasihi kita bahkan ketika kita masih berdosa (Roma 5:8). Kasih ini tidak menuntut kita untuk terlebih dahulu sempurna atau layak. Allah mengasihi kita apa adanya dan inilah yang memberi kita kekuatan untuk merespons kasih-Nya dengan kasih yang mendalam dan tulus.

Saat Yesus memerintahkan kita untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri, Dia memberi kita contoh yang hidup dalam cara Dia mencintai orang lain. Yesus tidak hanya mengasihi mereka yang mudah untuk dicintai, tetapi juga mereka yang terlupakan, diabaikan, bahkan yang membenci dan menolak-Nya. Dia memanggil kita untuk melakukan hal yang sama, bukan karena sesama kita selalu layak dicintai, tetapi karena kita telah mengalami kasih Allah yang lebih dulu mencintai kita, meskipun kita tidak layak.

Ketika kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, kita diundang untuk hidup dalam hubungan yang intim dan penuh dengan Allah. Mengasihi sesama seperti diri sendiri berarti kita dipanggil untuk membawa kasih Allah itu dalam setiap relasi kita kepada keluarga, teman, bahkan mereka yang sulit kita cintai.

Yesus menunjukkan kepada kita bahwa kasih bukan sekadar perasaan atau niat baik, melainkan tindakan yang nyata. Kasih ini tercermin dalam pengorbanan, kesabaran, pengampunan, dan kelembutan. Saat kita merasa sulit untuk mencintai sesama kita, kita bisa kembali pada kenyataan bahwa Allah telah mencintai kita dengan begitu besar dan bahwa kita bisa memancarkan kasih itu kepada dunia.

Kasih yang Yesus ajarkan bukanlah kasih yang bersyarat atau hanya berdasarkan perasaan, tetapi kasih yang berakar pada kasih Allah yang telah lebih dulu mengasihi kita.

Mari kita ingat, setiap kali kita merasa lemah atau tak mampu mencintai, bahwa kita telah lebih dulu dikasihi oleh Allah, yang memberikan kekuatan kasih untuk mendorong kita untuk mencintai dengan lebih dalam, lebih tulus, dan lebih kuat, karena Dia yang mengasihi kita tidak pernah meninggalkan kita.

Komentar

Postingan Populer