Renungan dari Matius 23:27-32, Kemunafikan dan Kedurjanaan dan Perayaan Wajib Santo Agustinus.

Renungan dari Matius 23:27-32, Yesus dengan tegas mengecam kemunafikan para ahli Taurat dan orang Farisi. Dia menggunakan gambaran yang kuat, menyamakan mereka dengan kuburan yang dilabur putih: "dari luar kelihatan bersih, tetapi di dalamnya penuh dengan tulang belulang dan berbagai jenis kotoran." (Mat 23:27). Yesus menunjukkan realitas batin yang dipenuhi dengan kebusukan moral meskipun penampilan luar terlihat saleh dan suci.

Ini adalah panggilan bagi kita untuk merenungkan integritas hidup kita. Kita bisa tampil baik di mata orang lain, tetapi bagaimana hati kita di hadapan Tuhan? Kemunafikan terjadi ketika kita menjalankan agama hanya untuk dilihat orang, tetapi hati kita jauh dari kasih dan kebenaran. Dalam bacaan ini, Yesus menyerukan kita untuk menjadi sejati dan murni, baik secara lahir maupun batin, karena apa yang Tuhan kehendaki adalah hati yang jujur dan tulus.

Yesus juga berbicara tentang kedurjanaan generasi yang merasa diri lebih benar daripada nenek moyang mereka yang telah membunuh nabi-nabi. Tetapi ironisnya, mereka sendiri berencana untuk membunuh-Nya, Sang Putra Allah. Mereka mengakui dosa leluhur mereka tetapi terus melakukan hal yang sama. Hal ini mengingatkan kita bahwa mengenali dosa di masa lalu saja tidak cukup, tetapi harus diikuti dengan pertobatan sejati di masa sekarang. Kita dipanggil untuk tidak hanya mengakui dosa, tetapi juga menghindari mengulanginya dalam hidup kita.

Pada hari perayaan wajib Santo Agustinus, kita diingatkan akan kisah pertobatan besar yang dialami oleh salah satu bapa Gereja terbesar ini. Santo Agustinus, sebelum pertobatannya, juga hidup dalam kemunafikan dan kedurjanaan. Ia mencari kenikmatan duniawi dan kemuliaan intelektual, tetapi dalam hatinya, ia merasakan kehampaan yang dalam. Hanya ketika dia akhirnya mendengar panggilan Tuhan melalui suara batin dan suara ibunya yang terus berdoa untuknya, dia menemukan jalan menuju pertobatan sejati.

Santo Agustinus mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada orang yang terlalu jauh dari kasih karunia Allah. Sama seperti ahli Taurat dan orang Farisi yang dipanggil Yesus untuk bertobat dari kemunafikan mereka, Santo Agustinus juga dipanggil untuk meninggalkan kehidupan dosanya. Melalui kasih Allah yang besar, ia menemukan kembali kebenaran dan damai sejati dalam mengikuti Kristus.

Dalam perayaan ini, kita dipanggil untuk mengikuti teladan Santo Agustinus dalam pertobatan yang sungguh-sungguh, meninggalkan segala bentuk kemunafikan dan kedurjanaan, dan membuka hati kita untuk kasih Tuhan yang memurnikan. Seperti Santo Agustinus, kita dipanggil untuk selalu mencari kebenaran, mencintai Tuhan dengan segenap hati, dan menjalani kehidupan yang mencerminkan iman kita baik dalam tindakan maupun dalam hati.

Semoga melalui perantaraan Santo Agustinus, kita dikuatkan untuk hidup dalam kejujuran dan kesucian, serta selalu bertobat dari dosa, dengan keyakinan bahwa kasih Tuhan lebih besar dari segala kesalahan kita.

Komentar

Postingan Populer