Renungan dari Lukas 5:1-11, Siapkah aku untuk menjadi Penjala Manusia

Pada bacaan hari ini, Lukas 5:1-11, setelah mengajar, Yesus meminta Simon untuk pergi lebih jauh ke laut untuk menebarkan jala. Meskipun Simon telah bekerja keras sepanjang malam dan tidak menangkap apa-apa, dia tetap menuruti perintah Yesus. Hasilnya sangat luar biasa—mereka menangkap begitu banyak ikan hingga jala mereka hampir robek.

Peristiwa ini memiliki makna mendalam bagi kita yang ingin merenungkan apakah kita siap menjadi "penjala manusia". Ketika Yesus memanggil Simon dan berkata, "Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia," 

Pertanyaannya sekarang: Apakah kita siap untuk menjawab panggilan tersebut?, Ketika Yesus memberikan undangan yang sama kepada kita.

Simon Petrus adalah seorang nelayan berpengalaman. Dia tahu bahwa waktu terbaik untuk menangkap ikan bukanlah di siang hari, melainkan di malam hari. Namun, dia memilih untuk percaya dan menuruti perintah Yesus meskipun logika manusiawinya mungkin menolak. Dalam hidup kita, ada kalanya panggilan Tuhan tidak sesuai dengan pemikiran kita atau apa yang kita anggap rasional. Tuhan mungkin memanggil kita untuk melakukan hal-hal yang tampaknya sulit atau mustahil. 
Namun, seperti Petrus, kita dipanggil untuk taat dan percaya bahwa kehendak Tuhan selalu mendatangkan kebaikan, bahkan jika kita tidak bisa melihatnya dengan jelas pada saat itu.

Setelah menangkap banyak ikan, Simon Petrus menyadari kuasa Yesus dan merendahkan diri dengan berkata, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." Di sini, kita melihat bahwa langkah awal menjadi "penjala manusia" adalah menyadari kelemahan dan keterbatasan kita di hadapan Tuhan. Kita tidak bisa menjadi pelayan Tuhan dengan mengandalkan kekuatan kita sendiri. Hanya dengan rahmat-Nya, kita dapat menjalankan misi yang besar ini. 
Apakah kita sudah cukup rendah hati untuk mengakui keterbatasan kita di hadapan-Nya, dan bergantung sepenuhnya pada kekuatan-Nya?

Panggilan untuk menjadi "penjala manusia" menuntut kita untuk siap meninggalkan hal-hal duniawi dan mengikuti Kristus dengan sepenuh hati. Ini berarti melepaskan ambisi pribadi, kenyamanan, atau apa pun yang menghalangi kita dari sepenuhnya menjawab panggilan Tuhan. 
Pertanyaan yang harus kita renungkan: apakah kita siap meninggalkan segala sesuatu yang kita anggap penting untuk mengikuti Yesus?

Menjadi penjala manusia bukanlah tugas yang mudah. Ini memerlukan iman, ketaatan, kerendahan hati, dan kesiapan untuk meninggalkan segala sesuatu demi mengikuti Kristus. Namun, jika kita membuka hati kita dan mengizinkan Tuhan bekerja melalui kita, Dia akan memberi kita kekuatan dan rahmat untuk menjalankan tugas ini.

Tuhan tidak mencari kesempurnaan; Dia mencari hati yang siap dan rela untuk diutus. Sama seperti Petrus, kita mungkin merasa tidak layak atau penuh dosa, tetapi dengan rahmat Tuhan, kita bisa menjadi alat-Nya untuk membawa banyak jiwa kepada-Nya.

Marilah kita memohon kepada Tuhan agar memberikan kita keberanian dan keteguhan hati untuk menjawab panggilan-Nya, menjadi "penjala manusia" yang setia dan siap sedia kapan pun dan di mana pun Dia mengutus kita.

Komentar